Banner 468x60

Sabtu, Agustus 02, 2008

Representasi Halusinasi dengan Cadas

The Bedlam In Goliath
The Mars Volta
Universal

Photobucket

At The Drive-In telah selesai dan dikubur dalam-dalam. Cedric Bixler Zavala (vokal) and Omar Rodríguez López (gitar), dua pentolan grup itu, kini mereka telah menemukan tempat yang nyaman untuk menumpahkan segala isi otak mereka ke dalam musik yang bagi sebagian besar orang: ini aneh! Sejak kiprah mereka tahun 2001 hingga tahun ini yang menjadi momen untuk album keempat The Bedlam In Goliath, The Mars Volta menjadi penghilang dehidrasi rock progresif yang luar biasa.

Bereksperimen melalui percampuran berbagai subgenre rock dengan alur yang tak tertebak, duo kurus berambut kribo yang menjadi motor utama itu menghasilkan suara-suara yang cukup memekakkan telinga. Dan sepertinya, sudah menjadi sebuah ciri paten di tiap album The Mars Volta bahwa tidak akan ada jeda mengambil nafas ketika berpindah track. Tanpa intro, “Aberinkula” berdurasi hampir enam menit langsung keluar menyerang tiba-tiba. Pita suara Cedric sepertinya makin sempurna saja ketika melakukan teriakan melengking yang sulit. Belum lagi permainan drum Thomas Pridgen. Ia sedang asik bermain tanpa peduli meski menguras tenaga, sambil beradu dengan saksofon yang meracau.

Photobucket Cedric dan Omar (foto: istimewa)

Permainan gitar antara Rodriguez Lopez dan John Frusciante –yang juga gitaris Red Hot Chilli Peppers– “berdebat” melalui efek yang merangsek seperti sedang melakukan perbincangan yang rumit. Perjalanan Omar ke Jerusalem turut mewarnai lagu “Soothsayer” di album ini. Suara adzan berkumandang di tengah keramaian pasar lengkap bersama pengamen jalanan dengan instrumen biola. Ibaratnya, album ini sama mistisnya dengan Ouija –papan berhuruf yang biasanya digunakan untuk meramal– yang kebetulan merupakan oleh-oleh dari omar untuk cedric saat pergi ke Jerusalem.

Singel pertama, “Wax Simulacra”, sekaligus deretan lagu lainnya seperti “Goliath”, “Cavalettas”, hingga “Conjugal Burns” akan terus membawa halusinasi dengan bunyi-bunyian yang tidak biasa, ke sebuah dimensi yang tak pernah terduga sebelumnya. Melalui hujaman deru yang terus menerus, The Bedlam In Goliath kali ini menjadi sebuah album yang kaya akan petualangan.

(tulisan ini pernah dimuat di Listen! Magazine edisi Maret 2008)

2 komentar:

Anonim mengatakan...

suka gw sama ulasan lo tentang the bedlam in goliath ini..
salut buat lo cow cow

Koko mengatakan...

Makasih, honey!!